Friday, June 5, 2009

Asal - Muasal dari Toga Purba

Blog For Everybody who loves the live

* Home
* About
* Asal - Muasal dari Toga Purba

Asal - Muasal dari Toga Purba

Referensi tentang TOGA PURBA yang digabung dari diskusi di milist PARROHA SIAN PURBA

Purba (Toba) adalah keturunan Toga Simamora. Toga Simamora mempunyai tiga anak. (kadang ada yang menyebutkan empat). Berikut ini adalah keturunan Toga Simamora:
1. Toga Purba
2. Toga Manalu
3. Toga Debata Raja
4. Tuan Sumerham
Cat: Yang lazim di Toba hanya disebut tiga. Ada versi yang mengatakan Toga Simamora merantu ke daerah Pakkat dan Barus dan mempunyai keturunan di sana yaitu Tuan Sumerham.
Mungkin rekan-rekan yang lain bisa menambahkan. Mauliate.

Mungkin jawaban ini bisa membantu:
Tarombo Purba (Menurut Batak Toba)
Si Raja Batak—-> Raja Isumbaon—-> Tuan Sori Mangaraja—-> Tuan Sorba Dibanua—-> Raja Sumba—->
Dari Raja Sumba ada 2 anaknya : 1. Toga Simamora 2. Toga Sihombing
Kita fokus ke Toga Simamora!!!
Toga Simamora ada 4 anaknya, yang paling tua Purba, kedua Manalu, ketiga Debata Raja (karena keberatan nama jadi mereka kembali pakai nama Simamora), keempat Rambe (Sumerham)
(cat. Rambe ini beda dengan Rambenya Bor-Bor/Naimarata)
Kita fokus ke Purba!!!
Anaknya Purba (menurut Batak Toba)
1. Pantomhobol anaknya no.1 Tuan Didolok no.2 Pargodung no.3 Balige Raja
2. Parhorbo anaknya no.1 Parhoda-hoda no.2 Marsaha Omas no.3 Tuan Manorsa
3. Sigulang Batu anaknya no.1 Raja Dilangit no.2 Raja Ursa
Kemungkinan dari Purba Sigulang Batu ini ada yang merantau ke daerah Simalungun dan Karo, maka ada marga Purba Simalungun (contoh: Girsang, Purba Pak-Pak, Purba Sibero, Purba Sigumondrong,dll) dan marga Tarigan (di Karo)

Purba Karo beda dengan Purba Toba dan Simalungun, mereka itu masuk Karo-Karo. Yang sama dengan Purba Toba dan Simalungun hanyalah Tarigan.
Kebetulan sekali di Purba Toba. Saya termasuk keturunan yang tertua; Pantomhobol, Tuan Didolok no.15
dari Purba no. 15
dari Pantomhobol no. 14
dari Tuan Didolok no. 13
Appara Purba: Manalu, Debata Raja (Simamora), Rambe
PLEASE CORRECT ME IF I WRONG!!!!

Terima kasih sanina atas penjelasannya. Saya cukup mengerti untuk penjelasan mulai dari Si Raja Batak sampe ke generasi anak2nya Purba. Hanya yang mungkin masih samar2 atau kurang jelas, apakah memang hanya Purba Sigulang Batu yang merantau ke simalungun dan karo dan akhirnya membuat cabang marga purba seperti di simalungun dan karo saat ini? sementara ada juga purba yang lainnya yang ada di tanah simalungun seperti purba manorsa, purba patomhobol, purba parhorbo dan yang lainnya.
Kalo boleh tau, darimana sanina mendapatkan sumbernya?
dan mungkin kalo yang lain punya buku atau sumber lainnya yang bisa jadi referensi mengenai silsilah purba ini, boleh diberitahu ke kita semua supaya kita semakin mengerti dan jelas akan silsilah purba ini.
Mungkin dari sanina marga tarigan atau purba simalungun ada yang bisa jelaskan asal muasal marga purba dan tarigan yang ada di simalungun dan karo sekarang.Bila kita coba bandingkan antara marga tarigan dan marga purba di simalungun cabang2nya hampir mirip semua.Contoh :tarigan tambak=purba tambak; tarigan sibero=purba siboro; tarigan tua=purba tua;tarigan gerneng=purba sigumonrong;tarigan silangit=purba silangit dll
nai ma lobei tene…
horas ma banta ganupan…!

Ini ada sedikit yang bisa saya bagi. Mudah2an yang saya terangkan ini tidak salah.
Purba ada banyak, termasuk di dalamnya adalah Pakpak, Dasuha, Sigumonrong, Tanjung, Tambun, Tambak, dan lain-lain. Kalau Purba Pakpak ada si Lima Bapak, yakni (mudah2an urutan tidak salah, kalo salah mohon dimaafkan): Hinalang, Nagori, Bangun Purba, Purba Tua dan Nagasaribu

Purba Parhorbo keturunan Manorsa ada yang tinggal di Simalungun. Mereka adalah Purba Tambun Saribu (TAMSAR) dan Purba Tondang. Kuburan Tuan Manorsa juga tetap di Haranggaol , sedang tugunya ada di Simamora Nabolak. Kebanyakan Purba yang disimalungun hijrah dari Pakpak yakni keturunan Purba Sigulang Batu, dan yang pernah saya tau Tarigan juga berasal dari Purba Sigulangbatu.

Kalau anak Sumerham itu Rambe. Rambe juga satu dengan kita dan banyak juga mereka memakai marga purba, manalu, dan simamora. Setahu saya itu di Simalungun gak ada penomoran seperti di Toba…nyatanya banyak saudara-saudara kita yang saragih dari Toba seperti Saragih Simarmata dll dah gak tahu mereka urutan berapa…

Tarombo yang mengatakan Purba Simalungun dari keturunan Sigulang batu ngawur banget…melihat Purba Simalungun tidak bisa dari sudut Toba,melihat Purba Simalungun harus dari sudut Simalungun juga seperti melihat sejarah Purba Toba dari sudut Toba.. Yang jelas Girsang bukan dari Toga Simamora krn Girsang asli dari Lehu Pakpak dan kemudian berafiliasi ke Purba Simalungun agar bisa hidup bahkan menjadi Raja di Silimakuta…

Memang saat ini kita sama-sama Purba namun belum tentu semua berasal dari Toga Simamora,Presiden kita bernama tengah Bambang apakah ia bersanina dengan semua yang bernama Bambang juga?Biarlah yang Toba mengakui bahwa mereka keturunan dari Toga Simamora tp jangan paksakan Purba Simalungun dan Tarigan adalah keturunan Toga Simamora juga dengan menggunakan dalil atau bukti2 yang ngaco dan ngawur…

itulah dulu…
Diatei Tupa ma sanina-sanina
Michael yang dimargakan ke Girsang

Michael Fransisco Tomarere
Kita tidak boleh mengatakan tarombo tertentu ngawur. Sebab tarombo adalah sesuatu yang selalu disampaikan oleh para pendahulu kepada keturunannya. Mari kita bahas satu persatu:
Anda mengatakan :
Setahu saya itu di Simalungun gak ada penomoran seperti di Toba…nyatanya banyak saudara-saudara kita yang saragih dari Toba seperti Saragih Simarmata dll dah gak tahu mereka urutan berapa…
Jawaban saya :
Masalah penomoran sangat mudah ditentukan dari Batak manapun dia berasal apabila tarombonya jelas, penomoran hanyalah sebuah benang merah ke marga asal dia yang penting tarombonya jelas. Apabila orang tertentu tidak tahu dia nomor berapa dari marganya, saya yakin dia tidak memiliki tarombo yang disampaikan orangtuanya untuk menjadi pegangannya.
Anda mengatakan :
Tarombo yang mengatakan Purba Simalungun dari keturunan Sigulang batu ngawur banget…melihat Purba Simalungun tidak bisa dari sudut Toba,melihat Purba Simalungun harus dari sudut Simalungun juga seperti melihat sejarah Purba Toba dari sudut Toba.
Jawaban saya :
Setahu saya Purba yang dari Simalungun yang sedikit banyak mengetahui tarombo secara umum mengaku bahwa mereka sama dengan Purba yang di Toba.
Purba yang di Simalungun berasal dari 2 Purba yang di Toba yaitu dari Sigulang Batu dan Parhorbo yang di Toba.
Ini juga sekalian koreksi buat appara Rabbie Himawan Suhantoro Purba anak Sigulang Batu itu hanya satu yaitu Partaliganjang(Parlangka Jolo), saya tahu appara melihat dari Kalender tarombo yang dibuat oleh marga Sianturi di Jakarta, yang benar anak Sigulang Batu hanya satu appara.
Oke, sekarang kita mulai lagi :
I. Purba Sigulang Batu —-> Partaliganjang(Parlangka Jolo) —> Guru Sotangguon.
Anaknya Guru Sotangguon ada 2 yaitu :
1. Somalate
2. Datu Rajim
Anaknya Somalate ada 2 yaitu :
1. Juaro Parultop
2. Datu Parulas
Catatan : Sesuai tarombo yang sampai ke kami, Juaro Parultop dan Datu Parulas merupakan anak kembar (silinduat), makanya kadang Purba yang dari Simalungun yang punya tarombo menuliskannya dengan Datu Parultop/Parulas.
Keduanya merupakan orang sakti (datu bolon), mungkin ceritanya agak panjang kalau saya tuliskan di sini, tapi dari tarombo yang ada Juaro Parultop memperanakkan : Purba Tambak, Tarigan (di karo), Purba Batu.
Datu Parulas memperanakkan : Girsang, Siboro, Purba yang ada di Simalungun.

II. Purba di Simalungun yang berasal dari Purba Parhorbo di Toba merupakan keturunan dari Purba Parhorbo —> Tuan Manorsa.
Yaitu Purba di Simalungun yang berasal dari Haranggaol, dan sekarang di sana juga terdapat tugunya.
Ini juga ada ceritanya dan saya rasa cukup panjang untuk diungkapkan di sini, mungkin kepada admin bisa dibuatkan topik khusus untuk ini.
Purba Toba tidak pernah memaksa siapapun melihat Purba Simalungun dari sudut Toba, persoalannya kalau kita mau jujur saudara-saudara kita Purba yang dari Simalungun tidak begitu mengerti tentang tarombo, hanya itu saja.

Anda mengatakan:
Yang jelas Girsang bukan dari Toga Simamora krn Girsang asli dari Lehu Pakpak dan kemudian berafiliasi ke Purba Simalungun agar bisa hidup bahkan menjadi Raja di Silimakuta…

Jawaban saya:
Anda sah-sah saja mengatakan Girsang bukan berasal dari Simamora yang otomatis tidak ada hubungannya dengan Purba juga, tapi seperti tarombo yang saya ungkapkan di atas, jelas terlihat Girsang ada hubungannya dengan Purba. Anda juga harus sadar, bahwa tidak tertutup kemungkinan ada marga yang sama tapi tidak berasal dari garis keturunan yang sama. Anda tidak percaya? Saya berikan contohnya adalah marga Hutapea.
Marga Hutapea itu ada 2 yaitu :
1. Hutapea dari Laguboti yang merupakan keturunan Sipaet Tua
2. Hutapea dari Tarutung yang meruapakan keturunan Raja Sobu
Begitu juga dengan Girsang, kalau anda ketemu 5 orang marga Girsang secara acak dan tidak pernah anda kenal sebelumnya, coba tanyakan mereka masuk ke garis keturunan yang mana? (Purba atau Lehu Pakpak seperti yang anda katakan?), saya yakin pasti jawaban mereka berbeda.
Sebab kami sudah melakukan itu di Surabaya, harap diingat kita di Purba tidak pernah memaksakan suatu marga tertentu masuk ke marga kita.

Anda mengatakan :
Memang saat ini kita sama-sama Purba namun belum tentu semua berasal dari Toga Simamora,Presiden kita bernama tengah Bambang apakah ia bersanina dengan semua yang bernama Bambang juga?Biarlah yang Toba mengakui bahwa mereka keturunan dari Toga Simamora tp jangan paksakan Purba Simalungun dan Tarigan adalah keturunan Toga Simamora juga dengan menggunakan dalil atau bukti2 yang ngaco dan ngawur…

Jawaban saya:
Analogi yang anda berikan menurut saya malah ngawur, jangan samakan tarombo dengan nama tertentu yang tidak mengenal budaya tarombo.
Seperti yang saya katakan di atas tidak ada yang memaksa, kalau mau masuk Purba silahkan, kalau tidak juga silahkan.
Tapi tolonglah, jangan pernah mengatakan orang ngaco dan ngawur dalam hal tarombo, jika memang anda punya bukti/dalil juga, silahkan dibeberkan, biar bisa kita bahas secara bersama.

Demikian sedikit banyak hal yang bisa saya bagikan. Terimakasih.
Sai dipasu-pasu Tuhanta ma hita sudena. Amen.

Yg saya sedikit tahu, di simalungun ada namanya desa purba dolok, dan disana ada bekas kerajaan purba (rumabolon) apakah sanina/ampara sekalian sudah pernah lihat, apakah dia nyebrang danau atau anaknya yg nyebrang danau ke TOBASA??? tapi sangat menarik bila ada yg mengupas tuntas ini, Asa iboto hita takkas na tigor, tape agepe sonai ibaen ma semacam patumpuhon bukti na akurat, ikkon songoni do muse tu hamu apparanami sian TOBASA. Ai partopini tao do sude hita.

Bapak saya pernah bertemu keturunan raja purba dolok, mereka memang mengaku gak ada hubungan dg purba toba. dan mereka sendiri masih generasi ke9 dari raja purba simalungun (entah yg mana?) sedangkan ditoba sudah generasi ke 17. jadi mungkin saja gak ada hubungan. tetapi pada umumnya mengakui kok asalnya dari toba. yg pasti bukan dari simalungun ke toba tapi dari toba ke simalungun. memang ada beberapa marga simalungun protes bahwa orang toba seenaknya saja menulis cerita tarombo itu. memang karna batak ditobalah yg duluan sekolah, jadi merekalah yg pertama membuat buku, tapi harus kita hargai, nenek moyang kita dulu tidak sembaranganmembuat hukum, mereka harus marhorja dulu. nenek moyang saya sendiri menuliskan di kayu bagimana perjalanan tarombo mereka.
sehingga saya bisa tahu aslinya saya dari purba generasi ketiga sampai saya generasi ke15 masih ada bukti kuburannya didepan rumah oppung saya disimamora nabolak. semoga membantu
horas
br purba sian jawa timur

saya setuju dgn apa yg sudah dikatakan ito Hiras
saya mau menambahkan sedikit, tidak semua suku seperti batak mau susah payah mengurusi tetek bengek silsilah/tarombo. tapi bila kita lihat sejarah israel, bagimana negara sekecil itu berhasil survive ribuan tahun digempur negara tetangga, diserakkkan keseluruh dunia, diholocost sampai 6jutaan nyawa melayang, seumur hidup berperang terus.

selain karena janji Tuhan juga adalah karena mereka mempertahankan silsilahnya. sejauh apapun mereka merantau, mereka tetap rindu pulang dan terhubung dengan tanah tumpah darahnya diJerusalem. mereka tetap mencatat baik-baik bagaimana hubungan darahnya dengan ribuan generasi yg sudah mati. mereka tidak bisa punah karena itu. seperti berkat israel kepada Yusuf, bahwa seperti anggur yg jauh mengatasi tembok, tetap berbuah selama dia terhubung dengan akarnya dijerusalem, demikianlah mereka tetap akan berbuah diperantauan selama terhubung dengan akarnya. semangat inilah yg membuat mereka membuat gerakan zionis (mohon jangan ditanggapi dari segi politik, nti jadi panjang deh..)

klo dari ssisi amrik saja, presidennya harus jelas silsilahnya, demikian juga orang jawa harus jelas bibitnya selain bobot & bebet. tarombo itu ditulis apa adanya seperti alkitab dengan segala kejatuhan tokohnya. bagaimana daud diceritakan dia mencuri istri uria, salomo beristri 1000 dll, demikian juga tarombo sudah ditulis jujur apa adanya.

purba manorsa sudah menulis dgn jujur bagaimana manorsa membunuh istrinya, kabur meninggalkan 3 anak balita, kawin lagi dipelarian, meninggalkan istri kedua disamosir, kawin lagi di haranggaol. puluhan tahun anaknya yg ditoba mencari, menapaktilas jejak ayahnya, lalu thn 1930 menemukan akarnya diperantauan, sejarah mencatat bagaimana isak tangis keturunan yg terpisah ratusan tahun, saling memafkan kesalahan ayah dan berdoa bersama supaya Tuhan ampuni dosa nenek moyang dan bangkitkan generasi yg takut akan Tuhan. klo secara manusia, repot bangat deh anak itu mencari ayah yg “ga bertanggungjawab” (maaf tuan manorsa….), kenapa ga tulis aja tarombo bahwa bapanya mati karena sudah uzur, tidak pernah mbunuh istri dan ninggalin anak bla-bal-bal…..tetapi sianak melihat jauh kedepan, dia digerakkan oleh kasih yg masih ingin tahu apakah masih ada sanak yg diturunkan ayah diperantauan, bukan untuk berebut harta tetapi untuk berhubungan secara kaka-adik. saya salut & berutangbudi buat oppung yg sdh mencari akarnya sehingga saya tahu klo punya bapaanggi diharanggaol.

juga sejarah marga lain yg incest. salah satu anak raja borbor menghamili adik kandung, si adik diusir kehutan, melahirkan anak lelaki, dan karna cuma mereka berdua dihutan akhirnya sianak kawin dgn ibunya.

juga sejarah sirait sianggian, ingin membunuh pembantunya untuk mengambil darah yg akan dipakai sebagai cat, tetapi akal bulusnya dilawan pembantunya sehingga borunya sendirilah yg dibunuhnya. semua itu tidak berusaha ditutup-tutupi atau diubah. menjadi bukti otentik sejarah.

ada “RASA” yg begitu dalam dan beda bila bertemu dengan teman semarga dan ada suatu RASA yg begitu aneh tapi nyaman mendengar kata “BONA PASOGIT/ BONANI PINASA’ yg tak dialami oleh suku lain. cuma darah orang batak kok yg bisa mengkuling/bicara hahhaha. nah rasa inilah yg menghubungkan jutaan orang batak sehingga tetap setia membina hubungan kemargaan ini. klo rasa ini sudah tak ada yah apaboleh buatlah, tetapi yg masih merasakan menceritakan pada generasi berikutnya supaya tetap ingat.

bagi orang yg merindukan akarnya janganlah kita hina. bagi orang yg tidak merasa perlu terhubung dgn tarombonya juga jangan kita hina. sebab klo konteks rohani, disurga nanti gak saling kenal kok, klo saling kenal wah.jambak2anlah istri pertama dgn istri kedua.hhhhh

tetapi selama kita merasa orang batak, menghargai kearifan nenek moyang, merasa itu ada gunanya untuk kepuasan batin spiritual, mari kita dukung selama tidak bertentangan dengan firman Tuhan. sebab di surga nantipun segala suku dan bangsa akan bernyanyi memuji Tuhan. saya rindu sekali semua orang batak terutama Purba ikut dalam mahakonser itu dalam bhs kita sendiri.

antropolog sendiri juga sudah membuktikan bahwa suku2 yg punah dan terancam punah adalah suku2 yg tidak mempertahankan budayanya, mudah tergerus oleh rupa-rupa pengajaran dan perubahan. mudah2an sampai hari penghakiman bangso batak masih ada. oia..sejarah batak tak pernah menyebut dirinya suku batak, tetapi “BANGSO BATAK NAJOGI, BANGSOKI” bangsa batak yg perkasa bangsaku. jadi nenek moyang kita sudah merasa dirinya bangsa dari dahulu, hebatkan…………..dibuktikan tidak ada budak dalam suku batak, semua raja. wah..waham kebesaran nih..

dan kita keturunan purba siap menjadi presiden amerika sebab sejarah tarombo kita jelas, tidak direkayasa, bukti otentiknya masih ada kuburan raja purba khususnya manorsa diharanggaol dan disimamora. itulah sebabnya yg ditoba kususnya masih menginga tbaik2 nomor berapa dia supaya tidak tersesat harus memanggil apa kesaudaranya, jangan sampai manggil anak, padahal oppungnya.

ito sesekali mainlah ke simamora nabolak. marga-marga purba disana masih hapal luar kepala sejarah marganya dan masih bisa menunjukkan kuburan 17 generasi diatas. klo ragu mungkin bisa dibuktikan dengan tes devoniannya ito roy & Wansen sebab mereka ahli mineral yg bisa menebak umur lapisan2 tanah. sebagai contoh, didepan harbangan ( gerbang kuno kampung batak yg dikelilingi pagar bambu) rumah oppung saya berdiri kokoh berigin berusia ratusan tahun. menjadi tempat berteduh para pelintas, para gembala, para anak-anak yg bermain. itulah makam Purba generasi ketiga di simamora. kuburan itu tidak menakutkan bagi keturunannya, tetapi jadi tempat berteduh. dengan gampang saya bisa menemukan sanak saudara saya sampai siraja Purba (saya generasi ke15) dengan hanya melihat makamnya saja. otomatis saya terhubung dgn generasi2 lain dengan hanya berkunjung ke makam. org 2 disana akan langsung bercerita ini raja ini, anaknya sianu-sianu, rumahnya disana disitu, naik keatas lagi sianu-sianu wah-wah-wah…..betapa menyenangkan klo tarombo kita jelas, kitapun berhak berkata inilah bona pasogit kami, disinilah nenek moyang saya 15 generasi yg lalu bermukim…indahnya, adakah suku lain selain nIsrael yg sepeerti itu? makanya saya bangga jadi boru batak dan merasa perlu tahu tarombo…
hidup tarombo..horas.horas……

saya bangga botou berusaha mencari akarnya, mudah2an botou bisa eksis 20 thn lagi menjadi pemimpin dinegara ini. saya emang tertarik karena bapa saya selalu menceritakan sejarah kejatuhan dan kebangkitan bangsa kita supaya kita sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa dan kita memang harus berani bersaing dengan orang lain.

soal SDM ini harus menjadi beban kita sekarang ini, karena untuk menaikkan derajat (emangnya ada derajat dlm kehidupan? hahahhh) suatu generasi saja butuh ratusan tahun. contoh kecil: sangat jarang sekali seorang terkenal didunia ini yg bapak-ibunya masih berpendidikan rendah dan pekerjaan mapan. klo ada anak yg jendral, coba kita telusuri: paling tidak oppungnya dulu sudah kepala nagori lo…

nah berangkat ke statistik orang batak khususnya kita marga purba? jujur belum ada marga kita yg terkenal ditingkat propinsi apalagi tingkat nasional dan internasional. mimpi kali yah? coba kita buat statistik… berapa % kita yg sukses dibidang politisi, bidang pendidikan, bidang pengusaha, berapa % yg secara strata pendidikan sudah S2, S3 & profesor ???mungkin belum ada 1% dr semua marga purba ya Bot?

yah memang kita harus bermimpi, sekaranglah kita mulai membangun jejaring sesama kita, kalu semua marga purba sadar bahwa pendidikan itulah kunci mencapai kesuksesan dan semua sepakat wajib menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya, kalu semua anak harus bekerja secara jujur, berintegritas tinggi disemua bidang, maka bila ada pemilihan Gubernur Tapanuli (klo jadi…mudah2an) dan presiden Indonesia puluhan thn mendatang, kita sudah punya kandidat yg punya daya tawar lebih, sehingga orang lainpun dgn senang hati memilihnya. tetapi semua itu bisa didapat bila kita takut pada Tuhan, itulah asal mula pengetahuan. (biar mida Jahoba do mulani pasu-pasuni bangsonta).
kudoanak Botou bisa bersaing dimanapun berada, horas…
chandra Isabella Purba

Koreksi dari ito Pontas Purba, anak gr. A Purba (op Parasian Purba) dari sidikalang. saya membaca lagi bukunya bahwa sejarahnya adalah:

Tuan manorsa bukan membunuh istrinya secara lgsg, tetapi karena cemburu saat melihat istrinya br Pasaribu sedang mencari kutu paribannya, maka dia memotong payudara istrinya lalu melarikan diri dgn meninggalkan 3 org anak lelaki ( soimbangon, sorta malela, op taraim) karena dikejar raja pasaribu. kemudian oppung boru meninggal (mungkin karena infeksi dan hipovolemia/ kurang darah).

kemudian kawin dgn br Tamba dan punya dua anak lelaki (raja tarbuang & op hinokkop), dan menetap disamosir. merantau ke simalungun dan saat pulang ke samosir menemukan istrinya sdh meninggal lalu membawa kedua putranya ke simalungun dan menikah lagi disimalungun. trims ito atas koreksinya. horas

Marga-Marga Dalam Suku Simalungun :

Home TentangSimal Galeri BukuTamu
HomeSimalungun

Selamat datang di SimalungunGroup....!
Friday, June 05 2009 --- 07:11 AM Marga-Marga Dalam Suku Simalungun :

Damanik

1. Damanik Barita
2. Damanik Bayu
3. Damanik Gurning
4. Damanik Limbong
5. Damanik Malau
6. Damanik Rampogos
7. Damanik Sarasan
8. Damanik Soula
9. Damanik Tomok
10. Damanik Usang


Saragih

1. Saragih Dajawak
2. Saragih Garingging
3. Saragih Munthe
4. Saragih Sidauruk
5. Saragih Simanihuruk
6. Saragih Simarmata
7. Saragih Sitanggang
8. Saragih Sitio
9. Saragih Sumbayak


Purba

1. Purba Girsang
2. Purba Pakpak
3. Purba Siboro
4. Purba Sidadolog
5. Purba Sidagambir
6. Purba Sidasuha (Dasuha?)
7. Purba Sigumonrong
8. Purba Tambak
9. Purba Tambun Saribu
10. Purba Tanjung
11. Purba Tondang


Sinaga

1. Sinaga Dahihoyong Bodat
2. Sinaga Dahihoyong Hataran
3. Sinaga Sidahalogan
4. Sinaga Sidahapintu
5. Sinaga Sidasuhut
6. Sinaga Sihaloho
7. Sinaga Simaibun (Simaibung?)
8. Sinaga Simandalahi
9. Sinaga Simanjorang
10. Sinaga Sipayung
11. Sinaga Sitopu

..........Horas.......Horas.......Horas...........
Copyright © 2006

Thursday, June 4, 2009

Purba

Purba


Untuk kegunaan lain dari Purba, lihat Purba (disambiguasi)

Purba adalah salah satu marga atau morga dari 4 marga asli dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Daftar isi

* 1 Asal-usul
o 1.1 Etimologi
o 1.2 Kerajaan Purba
+ 1.2.1 Raja-Raja Kerajaan Purba
* 2 Submarga Purba
o 2.1 Purba Tanjung
* 3 Tokoh terkenal
* 4 Marga Simalungun Lain
* 5 Catatan kaki

Asal-usul

Etimologi

Secara Etimologi Purba berasal dari bahasa Sanskerta, purwa yang berarti timur. Arti lainnya adalah gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.[1]

Kerajaan Purba
Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun.

Purba adalah marga dari Raja di kerajaan Banua Purba, salah satu kerajaan yang pernah ada di daerah Simalungun. Raja Purba memiliki keturunan: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.

Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora (kemungkinan Purba Sigulang Batu) ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu. Sebagian orang percaya bahwa keturunan Simamora inilah yang menjadi leluhur marga Purba yang ada di daerah Simalungun. Keturunan Simamora ini menetap dan beranak cucu di daerah tersebut dan keturunannya dianggap sebagai orang Simalungun dan bukan lagi keturunan orang Toba (beda dengan Purba Sigulang Batu), yang menjadi leluhurnya. semakin lama keturunan Purba ini semakin banyak hingga jumlahnya menjadi lebih besar dari Purba Sigulang Batu yang tidak merantau ke tanah Simalungun.

Pada tahun 1996, salah satu putra dari Raja Siboro diculik dan dinyatakan menghilang berserta ketiga saudaranya.

Raja-Raja Kerajaan Purba

1. Tuan Pangultop Ultop (1624-1648)
2. Tuan Ranjiman (1648-1669)
3. Tuan Nanggaraja (1670-1692)
4. Tuan Batiran (1692-1717)
5. Tuan Bakkaraja (1718-1738)
6. Tuan Baringin (1738-1769)
7. Tuan Bona Batu (1769-1780)
8. Tuan Raja Ulan (1781-1769)
9. Tuan Atian (1800-1825)
10. Tuan Horma Bulan (1826-1856)
11. Tuan Raondop (1856-1886)
12. Tuan Rahalim (1886-1921)
13. Tuan Karel Tanjung (1921-1931)
14. Tuan Mogang (1933-1947)

Submarga Purba

Purba terdiri dari banyak sub-marga, antara lain:

1. Girsang
1. Girsang Jabu Bolon
2. Girsang Na Godang
3. Girsang Parhara
4. Girsang Rumah Parik
5. Girsang Bona Gondang
2. Pakpak
3. Raya
4. Siboro
5. Siborom Tanjung
6. Sidasuha
1. Sidadolog
2. Sidagambir
7. Sigumonrong
8. Sihala
9. Silangit
10. Tambak
11. Tambun Saribu
12. Tanjung
13. Tondang
14. Tua

Selain dari sub marga di atas, beberapa suku yang hidup di sekitar daerah Simalungun juga berbaur dengan penduduk bermarga Purba dan mengakibatkan timbulnya afiliasi marga-marga lain dengan marga Purba, antara lain: Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan Pantomhobon.

Purba Tanjung

Purba Tanjung berasal dari Sipinggan, Simpang Haranggaol, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Beberapa sumber menyatakan bahwa "Tanjung" pada marga ini berasal dari lokasi kampung Sipinggan yang merupakan sebuah Tanjung di Danau Toba, arah Haranggaol.

Keturunan Purba Tanjung berasal dari garis keturunan Ompung Marsahan Omas (dalam bahasa Indonesia berarti Bercawan Emas, karena kebiasaannya minum dari cawan Emas), yang adalah keturunan Purba Parhorbo. Marsahaan Omas memiliki keturunan bernama Bongguran yang memiliki kebiasaan "maranggir" (mandi air jeruk purut) di sekitar kampung Nagori, dengan menggunakan cawan emas.

Marsahan Omas memiliki 3 keturunan:

1. Tuan Siborna
2. Nahoda Raja
3. Namora Soaloon

Nahoda Raja memiliki anak bernama Raja Omo yang merupakan Purba Tanjung pertama yang bermukim di Sipinggan.

Daftar silsilah Purba Tanjung adalah sebagai berikut:

1. Raja Omo
2. Raja Girahma
3. Raja Na Ijombai Gabur
4. Raja Napinajongjong
5. Raja Silou
6. Raja Daniel Igor Jakarta (3 bersaudara), menghilang
7. Raja Pusia
8. Paulus Purba Tanjung (6 bersaudara)
9. Markus Purba Tanjung (P Siantar)
10. James M. Purba Tanjung (Bandung)
11. Gabriel Radewa Purba Tanjung (Bandung)

Tokoh terkenal

* Pdt. Belman Purba Dasuha, Ephorus GKPS 2005-2010
* Ir. Guntur S. Siboro, ME,MBA, Professional, Direktur PT. Indosat, Tbk
* Drs. Jabintang Siboro, Birokrat dan Tokoh Marga Siboro se - JABODETABEK
* Drs. James P. Siboro, Konsultan Keuangan dan Tokoh Marga Siboro se - JABODETABEK
* Juniver Girsang, Advokat
* Junimart Girsang, Advokat
* Kompol Kolestra Siboro, SH (Polri)
* Ir. Laras Siboro, Professional, PT. Telkom, Tbk
* Drs. Makmur Adrianus Siboro., MEngSc, Birokrat
* AKBP. Mestron Siboro, SH
* Polim Siboro,SH, Birokrat
* Rusman Purba Siboro, SH, Ahli Hukum
* Drs. Slamat Purba Siboro, Birokrat Keuangan
* Kapten (Mar) Suparman Siboro
* Yan Apul H. Girsang, Advokat dan Pengajar
* Jan Horas Veryady Purba - Bogor

Marga Simalungun Lain

Selain Purba, di suku Simalungun terdapat 3 marga lain yang dikategorikan sebagai marga asli Simalungun, yaitu:

1. Sinaga
2. Saragih
3. Damanik

Catatan kaki

1. ^ Pdt Juandaha Raya P. Dasuha, STh, SIB (Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun) 22/10/2006


Marga-marga dalam Suku Simalungun
Damanik · Purba · Saragih · Sinaga
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Purba"
Kategori: Marga Simalungun | Simalungun

This article is from Wikipedia. All text is available under the terms of the GNU Free Documentation License.

Free hit counters
View stats

Gereja Kristen Protestan Simalungun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Logo GKPS

Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) adalah sebuah Gereja dari daerah Simalungun yang dirintis oleh zendelling (pengabar Injil) dari Rheinische Missions-Gesselschaft (RMG), sebuah badan pengabaran Injil dari Jerman sebagai bagian dari upayanya menyebarkan Injil bagi Suku Simalungun. Semenjak tahun 1900-an RMG mendirikan gereja-gereja di Simalungun sebagai bagian dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan menggunakan bahasa Toba sebagai bahasa pengantar. Kesadaran diri di kalangan suku Simalungun untuk meningkatkan usaha pengabaran Injil mempercepat laju penyebaran Injil di suku Simalungun terutama setelah digunakannya bahasa Simalungun sebagai pengantar. Kemandirian ini berlanjut sampai jemaat HKBP di Simalungun memandirikan dirinya menjadi satu distrik hingga akhirnya mandiri total menjadi GKPS dan memberikan pelayanan bagi lingkungan sekitarnya di berbagai bidang (bukan hanya pelayanan agama).
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Masuknya Injil ke Simalungun
* 2 Pekabaran Injil oleh Orang Simalungun
o 2.1 Jubileum 25 Tahun Injil di Simalungun: Comite Na Ra Marpodah Simalungun
o 2.2 Kongsi Laita
o 2.3 Parguru Saksi Kristus
* 3 Kemandirian GKPS
o 3.1 HKBP di Simalungun
o 3.2 HKBP Distrik Simalungun
o 3.3 HKBP Simalungun
o 3.4 HKBP Simalungun menjadi GKPS
* 4 Kerjasama Internasional
* 5 Kantor pusat
* 6 Pimpinan dan Organisasi Pusat GKPS
o 6.1 Pimpinan Pusat
+ 6.1.1 Daftar Ephorus GKPS
+ 6.1.2 Daftar Wakil Ephorus GKPS
+ 6.1.3 Daftar Sekretaris Jenderal GKPS
o 6.2 Organisasi
* 7 Distrik
o 7.1 Distrik I
o 7.2 Distrik II
o 7.3 Distrik III
o 7.4 Distrik IV
o 7.5 Distrik V
o 7.6 Distrik VI
o 7.7 Distrik VII
* 8 Pelayanan GKPS
o 8.1 Badan Kesehatan GKPS
o 8.2 Badan Pendidikan GKPS
o 8.3 Pelayanan Pembangunan (Pelpem) GKPS
o 8.4 Bumi Keselamatan Margaretha
o 8.5 Panti Karya Remaja GKPS
* 9 Logo GKPS
o 9.1 Penetapan Logo GKPS
o 9.2 Makna logo GKPS
o 9.3 Huruf dan lambang logo GKPS
* 10 Pranala luar
* 11 Catatan kaki

[sunting] Masuknya Injil ke Simalungun

Pengabaran Injil di daerah Simalungun sedikit terlambat dibandingkan daerah-daerah tetangganya seperti Karo (1899) dan Tapanuli (1861). RMG menjadikan Simalungun sebagai daerah penginjilan setelah Angkola, Mandailing dan Tapanuli Utara.[1]

Awalnya RMG mengenal Simalungun dari laporan ekspedisi pejabat-pejabat kolonial Belanda. Laporan-laporan tersebut rata-rata mengkhawatirkan resistensi suku Simalungun dan derasnya pengaruh Islam ke daerah Simalungun Bawah (Asahan Hulu dan Tanah Djawa) yang sebenarnya dipicu oleh proses aneksasi Belanda terhadap wilayah dalam kerajaan-kerajaan Simalungun yang menciptakan sentimen negatif dari orang Simalungun terhadap orang Eropa.[2]

Kontak pertama RMG dengan Simalungun dilakukan melalui Henri Guillaume yang ditempatkan RMG di Kuta Bukum, Karo (1899).[3] Selama masa tugasnya ia sering berinteraksi dengan rakyat hingga penguasa tradisional Simalungun terutama dalam perjalanannya ke Tapanuli untuk menghadiri rapat-rapat tahunan missionaris. Atas pengalamannya itu, Guillaume mengusulkan kepada L.I. Nommensen (pimpinan RMG) agar Simalungun diinjili.[4]

Usaha penginjilan kongkrit pertama pada orang Simalungun justru dilakukan oleh Pardongan Mission Batak (PMB), lembaga pengabaran Injil Batak Toba yang terdiri dari penginjil-penginjil Batak Toba. Pada tanggal 12 Februari 1900 Pendeta Samuel Panggabean dan Friederich Hutagalung diutus ke daerah-daerah sekitar Danau Toba yang belum diinjili, dan tiba di Sipolha pada tanggal 14 Februari namun dilarang untuk masuk oleh Tuan Sipolha Damanik.[5] Keesokannya mereka tiba di Siboro (Partuanan Purba) dan sempat berkhotbah di Pasar yang ada di daerah itu. Pada hari Jumat, 16 Februari 1900 mereka berkeliling di sekitar Tiga Langgiung mengabarkan Injil pada masyarakat yang sedang berbelanja di pekan (pasar mingguan). Selanjutnya mereka pergi ke Pematang Purba untuk menemui Tuan Rahalim Purba Pakpak (Raja Purba) dan baru berhasil menemuinya keesokan harinya, 17 Februari, setelah menanti semalaman. Di sini mereka menyampaikan maksud mereka untuk mengabarkan Injil dan membacakan nats Alkitab bagi Raja Purba. Walaupun belum mendapat tanggapan positif darinya namun para penginjil tersebut menemui sikap bersahabat dari Raja Purba.[6] Usaha selama 4 hari ini kurang berhasil terutama karena penggunaan bahasa Toba sebagai pengantar yang kurang dipahami oleh masyarakat Simalungun.

Setelah menerima permintaan dari Guillaume, RMG mengutus G.K. Simon bersama beberapa penginjil Toba dari PMB untuk melakukan peninjauan ke Simalungun. Karena melihat pengaruh Islam yang sudah masuk hingga Siantar, G.K. Simon meminta agar RMG secepat mungkin menginjili Simalungun.[7]

Laporan G.K. Simon dan Guillaume ditambah laporan dari pejabat-pejabat Belanda dibahas pada rapat missionar RMG di Laguboti, Tapanuli pada 21-25 Januari 1903 yang dihadiri 42 penginjil RMG, dengan keputusan:[8]

1. Pemberitaan Injil di Simalungun harus segera dilaksanakan.
2. Segera dikirim surat ke Direktur RMG Schreiber di Barmen untuk meminta persetujuan dan rekomendasi RMG dalam memperluas lapangan penginjilan ke Simalungun.
3. Segera dilakukan langkah-langkah penginjilan ke Simalungun.

Sebelum rapat ini Nommensen juga telah mengirim permohonan tenaga penginjil baru ke pimpinan RMG di Jerman sehubungan rencananya memperluas daerah penginjilan ke Samosir, Dairi dan Simalungun, namun secara strategi, Simalungun dijadikan prioritas utama dari ketiga daerah tersebut karena sudah derasnya pengaruh Islam di daerah ini hingga ke Siantar.[9]
Pendeta August Theis, penginjil RMG yang merintis penyebaran Injil di daerah Simalungun.

Pada tanggal 16 Maret 1903, Dr. Schreiber dari RMG secara resmi mengirim telegram singkat yang merekomendasikan pengabaran Injil ke Timorlanden (sebutan bagi Simalungun).[10] Setelah menerima telegram yang berisi Tole den Timorlanden das Evangelium (perintah menyebarkan injil di tanah Timur) maka pada tanggal 2 September 1903 sekelompok penginjil dari RMG yang dipimpin oleh Pendeta August Theis tiba di Pematang Raya untuk menyebarkan Injil.[11]

Tanggal 2 September sampai saat ini diperingati setiap tahunnya oleh anggota GKPS di seluruh dunia sebagai hari olob-olob (bahasa Simalungun untuk "suka cita") untuk mensyukuri masuknya ambilan na madear (bahasa Simalungun untuk Firman-Firman Alkitab/ajaran Kristen) di Simalungun.

Pada 1 Januari 1904 dimulailah Zending Simalungun yang bertempat tinggal di Pematang Raya[12] dan Pdt. Guilllaume berada di Purba Saribu (1905) untuk melayani pemberitaan injil di Simalungun Raya di bagian Barat. Sebagai hasil pertama dari pemberitaan injil di Simalungun baru pada tanggal 19 September 1909[13] diadakan permandian suci (Pandidion na parlobei) di Pematang Raya oleh Pdt. Theis, kemudian di Parapat juga ada 38 orang yang menerima permandian suci.

Sampai 1910, sudah berdiri 17 Gereja di daerah Simalungun yang menjadi cikal bakal GKPS saat ini, yaitu di:

* Tigaras, 15 Agustus 1903
* Tinjoan, 15 Agustus 1903
* Pematang Raya, 2 September 1903
* Raya Usang, 8 September 1903
* Dolok Saribu, 14 September 1903
* Bulu Raya, 16 Juni 1904
* Purba Saribu, 10 Juni 1905
* Haranggaol, 3 Maret 1906
* Raya Tongah, 7 Juni 1906
* Purba Dolok, 15 Agustus 1906
* Pamatang Purba, 15 Agustus 1906
* Purba Tongah, 1906
* Hinalang, 8 September 1908
* Kariahan, 1908
* Saribudolok, 6 September 1909
* Tambun Raya, 2 November 1909

Penyebaran Injil oleh para Misionaris RMG dilakukan menggunakan bahasa pengantar bahasa Toba dengan anggapan bahwa Simalungun merupakan bagian dari sub Etnik Toba.[14] Hal ini menyebabkan perkembangan penyebaran injil di Simalungun kurang pesat. Resistansi Masyarakat Simalungun terhadap Kaum Barat dan kekurang-mengertian mereka terhadap bahasa Toba mengurangi efektifitas kegiatan RMG. Seorang Zendeling RMG, Bregenstroth, pada akhirnya menyadari bahwa orang Simalungun bukanlah bagian dari Batak.[15]

[sunting] Pekabaran Injil oleh Orang Simalungun

[sunting] Jubileum 25 Tahun Injil di Simalungun: Comite Na Ra Marpodah Simalungun

Pada 1 September 1928 di Pematang Raya diadakan pesta peringatan 25 tahun pemberitaan injil di Simalungun. Momen ini dijadikan tonggak untuk meningkatkan pengabaran Injil di Simalungun. Sebagai salah satu caranya adalah dengan melakukan pengabaran Injil menggunakan pengantar bahasa Simalungun, bukan bahasa Toba yang digunakan oleh para Misionaris RMG. Beberapa Guru dan Sintua bersepakat untuk membentuk sebuah komite bernama Comite Na Ra Marpodah Simalungun yang bekerja untuk membuat Agenda Gereja, buku nyanyian "Haleluya", dan Alkitab dalam bahasa Simalungun (yang diterbitkan pertamakali pada 16 Januari 1977[16]) dilengkapi dengan sebuah buku renungan harian "Manna."

Rintisan pendirian lembaga ini diadakan pada tanggal 13 Oktober 1928 dalam suatu pertemuan di rumah Djaoedin Saragih di Pematang Raya yang dihadiri oleh 14 tokoh-tokoh Kristen Simalungun.[17] Dalam pertemuan inilah disepakati pendirian badan yang memiliki tujuan untuk melestarikan dan memberdayakan bahasa Simalungun dengan nama di atas. 12 dari 14 tokoh yang menghadiri pertemuan tersebut adalah:[18]
Pendeta Djaulung Wismar Saragih, suku Simalungun pertama yang menjadi pendeta, tokoh perintis kemandirian GKPS.

1. Dj. Wismar Saragih, kandidat Pendeta dari Sipoholon, Redaktur.
2. Jason Saragih, Guru Zending dari Raya Tongah, Voorziter Ihoetan.
3. Jacoboes Sinaga, Krani Tiga Raya dari Pematang Raya, Secretaris/Peeningmeester.
4. Djaoedin Saragih, Pangoeloebalei Raja dari Pematang Raya, Commissaris.
5. Djotti Saragih, Parbapaan dari Raya Usang, Commissaris.
6. Bendjamin Damanik, Sintoea dari Pematang Raya, Commissaris.
7. Augustin Sinaga, Guru Zending dari Dalig Raya, Commissaris.
8. Djainoes Saragih, Guru Zending dari Raya Usang, Commissaris.
9. Kenan Saragih, Guru Zending dari Jandi Mauli, Commissaris.
10. Lamsana Saragih, Guru Zending dari Huta Baru, Commissaris.
11. Kilderik Saragih, Guru Zending dari Pematang Raya, Commissaris.
12. Djonas Purba Girsang, Guru Zending dari Sondi Raya, Commissaris.

Secara resmi 3 tujuan dari lembaga ini yaitu:didasari pada Alkitab, I Pet 2:17[19]

1. Mengasihi sesama manusia (mangkaholongi hasoman jolma).
2. Takut pada Tuhan (pengkabiari Naibata).
3. Menghormati Raja/Pemerintah (pasangapkon Raja).

Dj. Wismar Saragih menerangkan bahwa penggunaan kata "Comite" memiliki makna bahwa organisasi ini bersifat nirlaba. "Na Ra Marpodah" bermakna bahwa tiap pengurus/anggota memiliki rasa tanggungjawab dan kewajiban untuk mendukung kelangsungan comite dengan kontribusi dana, pengetahuan dan lain-lain secara sukarela demi kemajuan orang Simalungun baik dalam kekristenan maupun pendidikan.[20] Anggaran Dasar lembaga ini disahkan oleh asisten Resident G.W. Meindersma pada tanggal 5 Februari 1929. Tanggal 2 September 1928 ditetapkan sebagai hari kelahiran comite.[21]

Dukungan terhadap Comite ini antara lain terwujud dalam bentuk bantuan dana dari pemerintah swapraja Simalungun melalui landschapskas Simaloengoen sebesar 300 gulden, dari rakyat, pengusaha dan pegawai pemerintah melalui taken-list, dari Raja-raja Simalungun sebesar 400 gulden,[22] dan dari penyelidik bahasa Simalungun (taalambtenaar, ditugaskan oleh pemerintah Belanda atas permintaan raja-raja Simalungun), P. Voorhoeve, sebesar 5 gulden tiap tahunnya.

Akhirnya pada tanggal 15 Desember 1929 ditahbiskanlah seorang Pendeta yang pertama dari suku Simalungun yaitu Pdt. Djaulung Wismar Saragih,[23] yang tetap memperkuat perjuangan Comite ini.

Perjuangan Comite untuk menggunakan bahasa Simalungun sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah zending di seluruh daerah yang didiami suku Simalungun mengalami banyak tantangan, terutama karena derasnya arus imigrasi suku Toba ke Simalungun sehingga domisili suku Simalungun semakin terbatas. J. Warneck menjelaskan pada suratnya ke Raja-raja Simalungun bahwa tuntutan tersebut juga sulit dipenuhi karena terbatasnya jumlah pengajar yang mengerti bahasa Simalungun dan rendahnya minat orang Simalungun untuk masuk ke sekolah guru yang telah dibuka sejak 1931 di Pematang Siantar.[24] Tetapi gencarnya tuntutan Comite Na Ra Marpodah Simalungun ini, disertai dengan usaha mereka dalam menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku pelajaran berbahasa Simalungun memaksa RMG untuk menyesuaikan pelayananannya dengan menggunakan bahasa Simalungun.

[sunting] Kongsi Laita

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kongsi Laita

Kesuksesan Comite Na Ra Marpodah Simalungun dalam meningkatkan penyebaran Injil bagi orang Simalungun dengan digunakannya penggunaan bahasa Simalungun sebagai bahasa pengantar, turut menumbuhkan semangat seluruh orang Kristen Simalungun di berbagai daerah untuk turut menyebarkan Injil, dan untuk itu diperlukan komunitas yang terorganisir.

Seusai kebaktian minggu pada tanggal 15 November 1931, beberapa orang Kristen-Simalungun dari Sondi Raya sepakat untuk mengadakan rapat di rumah Gomar Saragih untuk membentuk suatu organisasi pekabaran Injil. Malam itu juga didirikanlah Kongsi Laita dengan susunan kepengurusan:[25]

* Ketua: Guru Williamar Sumbayak
* Sekretaris/Bendahara: St. Parmenas Purba Tambak
* Komisaris:
o St. Jonas Purba
o Melanthon Saragih
o Mailam Purba

Selanjutnya pekan kelahiran Kongsi Laita ini diperingati sebagai "Minggu Bapa," di mana seluruh pelayanan di Gereja pada hari Minggu itu ditangani oleh anggota Seksi Bapa. Nama Kongsi Laita juga diabadikan sebagai nama salah satu GKPS di Sondi Raya.

[sunting] Parguru Saksi Kristus

Pada tahun 1938 diadakan Fonds Saksi Kristus[26] atau yang sering dikenal orang Simalungun sebagai Parguru Saksi Kristus. Gerakan ini bertujuan untuk memperkenalkan Injil dari rumah ke rumah, dan umumnya dijalankan oleh anggota jemaat dari kalangan pemuda. Parguru Saksi Kristus sangat efektif dalam menghadapi larangan berkumpul yang diterbitkan pemerintahan penjajahan Jepang selama menduduki Indonesia.

[sunting] Kemandirian GKPS

[sunting] HKBP di Simalungun

Pada tahun 1929 dibentuk badan pengurus sinode HKBP yang anggotanya berasal dari wakil tiap distrik HKBP yang mewakili etnis penghuni distrik tersebut. Namun karena hingga tahun 1933 Simalungun tidak memiliki wakil dalam badan ini, Sinode Distrik Simalungun-Pesisir Timur mengajukan tuntutan agar suku Simalungun memiliki wakil dalam badan pengurus sinode HKBP agar dapat lebih mengetahui dan mewakili daerah asalnya. Selanjutnya Djaoedin Saragih (Pangulubalei -pejabat kerajaan, abang dari Dj. Wismar Saragih) juga mengirimkan surat pada Ephorus HKBP, Landgrebe, yang menekankan perlunya terpelihara identitas etnis dan budaya Simalungun dalam lingkungan gereja. Tuntutan ini tidak dipenuhi dengan dipilihnya J. Hutapea dari HKBP Pematang Siantar sebagai wakil Distrik Simalungun-Pesisir Timur.

Seiring semakin tingginya populasi Kristen-Simalungun di Pematang Siantar, Djaoedin Saragih juga menuntut agar diadakan kebaktian khusus berbahasa Simalungun,[27] yang dikabulkan RMG dengan diadakannya kebaktian tersendiri di gedung sekolah Jl. Toba No. 35, dilayani oleh Gr. Djahia Simandjuntak atau Pasman Panggabean yang memahami bahasa Simalungun. Ibadah ini berlangsung hingga terhenti pada tahun 1941 karena kedatangan tentara penjajahan Jepang.

[sunting] HKBP Distrik Simalungun

Seiring dengan meluasnya daerah tujuan imigrasi suku Toba hingga ke Dairi dan Aceh, tata gereja HKBP tahun 1940 mengubah nama distrik Simalungun-Pesisir Timur (Simalungun-Oostkust) menjadi "Sumatera Timur, Aceh dan Dairi." Perubahan nama ini sebenarnya sudah diprotes oleh J. Wismar Saragih dalam suratnya tanggal 27 Oktober 1937 ke penginjil H. Volmer di Saribudolog,[28] tetapi Tata Gereja tersebut tetap disahkan.

Keberatan yang secara berkelanjutan diajukan oleh komunitas Kristen-Simalungun akhirnya membuahkan hasil ketika Sinode am HKBP yang diadakan pada tanggal 10-11 Juli 1940 di Pearaja membicarakan keberatan mereka dan memutuskan agar Kerkbestuur HKBP membicarakan hal tersebut dengan jemaat Simalungun. Pembicaraan tersebut kemudian diadakan di Raya, Saribudolog dan Nagoridolog pada tanggal 26 September 1940[13] dan memutuskan agar komunitas Simalungun diberi satu distrik tersendiri bernama Distrik Simalungun dengan wakil orang Simalungun di sinode HKBP.[29] Pada tanggal 22 Oktober 1940 Pdt. J.V. Mulywijk dari Kabanjahe dipilih menjadi Praeses pertama, yang kemudian digantikan oleh Pdt. Kerpianus Purba (Pendeta HKBP Nagoridolog) sampai tahun 1952.[30]

[sunting] HKBP Simalungun

Pada tanggal 5 Oktober 1952 anggota Sinode Distrik Simalungun bersidang agar Simalungun berdiri sendiri dan terpisah dari HKBP, serta mengangkat pengurus harian dan majelis Gereja di HKBPS. Pemisahan ini dilakukan secara sepihak oleh HKBP distrik Simalungun, dan baru diakui oleh wakil-wakil HKBP pada rapat bersama antara delegasi HKBP dan Pengurus Harian HKBP Simalungun tentang pandjaeon (pemisahan) HKBP Simalungun di Pematang Siantar, 21-22 Januari 1953 yang keputusannya ditandatangani pada tanggal 22 Januari 1953.[31] Pihak-pihak yang hadir pada rapat itu adalah:

1. Pdt. J. Wismar Saragih (HKBP Simalungun).
2. Pdt. A. Wilmar Saragih (HKBP Simalungun).
3. Pdt. Kerpianus Purba (HKBP Simalungun).
4. Ds. K. Sitompul (HKBP).
5. Pdt. K. Sirait (HKBP).
6. Pdt. J. Togatorop (HKBP).
7. Pdt. M. L. Siagian (HKBP).
8. Pdt. C. Simanjuntak (HKBP).

Untuk memudahkan urusan Gereja ini pada 30 November 1952 HKBPS dibagi menjadi tiga Distrik dan Kantor pusat GKPS didirikan di Pematang Siantar. Kantor pusat bermula menumpang dalam satu rumah sewa di Jl. Pantuan Nagari Martoba, Pematang Siantar. Setelah mendapat sebidang tanah di Jl. Sudirman maka Kantor pusat HKBPS berdiri sendiri (20 September 1955).[16]

[sunting] HKBP Simalungun menjadi GKPS

Pada tanggal 1 September 1963 HKBP Simalungun resmi berganti nama dengan GKPS.[16] Surat resminya ditandatangani Pdt. G.H.M. Siahaan (wakil HKBP) dan Pdt. Jenus Purba Siboro (mewakili HKBPS) di HKBPS Jalan Sudirman Pematang-siantar.[32] Setahun setelah itu didirikan pusat pendidikan GKPS di Pematang Raya dan pembangunan Asrama Putra dan Putri dan tahun 1964 itu juga GKPS menjadi anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).[16]

[sunting] Kerjasama Internasional

Pada tanggal 15 Januari 1964 GKPS mendirikan pusat pelatihan pertanian di Pematang Siantar (PELPEM GKPS) dan satu tahun kemudian GKPS menjadi anggota wilayah PGI-Wilayah SUMUT serta menjalin kerja sama dengan gereja-gereja Lutheran lain, seperti Evangelical Lutheran Church in America (ELCA, sejak 1969) dan Lutheran Church of Australia (LCA, sejak September 1973[16]). GKPS juga menjadi anggota beberapa organisasi gereja di tingkat dunia dan regional, seperti Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC, sejak Agustus 1973)[33], Dewan Gereja-gereja Asia (CCA, 31 Mei 1977)[34] dan Federasi Lutheran se-Dunia (LWF, sejak 1968)[35]. Karena semakin berkembangnya jemaat GKPS didirikanlah Kantor pusat/kursus Zentrum GKPS dan mulai menjalin kerja sama dengan Gereja Mulheim Jerman.

Mitra-mitra GKPS lainnya di luar negeri adalah: UEM (United Evangelical Mission, sejak Juni 1996[16]), EZE (Evangelische Zentralstelle für Entwicklunghilfe), Brot für die Welt, Kirchenkreis Hagen, Kirchenkreis Solingen, Kirche di Hachenburg, Dekanat Bad Marienberg, dan Gereja Mulheim (25 November 1980)[16] yang semuanya berada di Jerman.

[sunting] Kantor pusat
Kantor Pusat GKPS di Jalan Pendeta J. Wismar Saragih, beroperasi sejak 2 Maret 1992.

Behubungan dengan lokasi Kantor Pusat GKPS yang ada di Jl. Sudirman, Pematang Siantar, sangat sempit dan suasana Kantor tersebut yang berketepatan dekat dengan jalan raya sehingga para pegawai sulit dalam berkonsentrasi pada pekerjaannya, maka mulai tanggal 4 September 1988 dimulai pengembangan Kantor Pusat GKPS Pematang Siantar.[13] Kantor pusat GKPS berpindah ke secara resmi ke Jl. Pdt. J. Wismar Saragih pada tanggal 2 Maret 1992.[13]

[sunting] Pimpinan dan Organisasi Pusat GKPS

[sunting] Pimpinan Pusat

Sesuai Peraturan Rumah Tangga GKPS, pimpinan pusat terdiri atas Ephorus dan Sekretaris Jendral.[36] Pimpinan GKPS berada di tangan seorang Ephorus yang didampingi oleh seorang Sekretaris Jenderal.

Pada masa peralihan dari HKBP distrik Simalungun menjadi HKBP Simalungun (HKBPS), HKBPS tidak memiliki seorang Ephorus. Jabatan tertinggi saat itu adalah seorang Wakil Ephorus, yang didampingi oleh seorang Sekretaris Jendral.[37]

Untuk periode 2005-2010, Ephorus GKPS adalah Pdt. Belman Purba Dasuha, STh dan Sekjennya Pdt. M. Rumanja Purba, MSi.

[sunting] Daftar Ephorus GKPS
Bagian ini membutuhkan pengembangan ({{{date}}})

* Pdt. Jenus Purba Siboro (1 Sept 1963 - 1965) Ditetapkan saat HKBPS menjadi GKPS
* ... (1965-1970)
* Pdt. Lesman Purba (1970-1972) Seharusnya sampai 1975, tetapi meninggal dunia di Budapest pada tahun 1972
* Pdt. Samuel Purba Dasuha (1972-1975) Terpilih dalam Synode Bolon Istimewa, 1 Juli 1972[38]
* Pdt. Samuel Purba Dasuha (1975-1977) Seharusnya 1975-1980, tetapi meninggal dunia pada tahun 1977
* ... (1977-1980)
* ... (1980-1985)
* ... (1985-1990)
* ... (1990-1995)
* Pdt. Jas Damanik (1995-2000)
* Pdt. Dr. Edison Munthe, MTh (2000-2005)
* Pdt. Belman Purba Dasuha, STh (2005-2010)[39]

[sunting] Daftar Wakil Ephorus GKPS

1. Pdt. Djaulung Wismar Saragih[40]Menjabat saat HKBPS dibentuk

[sunting] Daftar Sekretaris Jenderal GKPS
Bagian ini membutuhkan pengembangan ({{{date}}})

* Pdt. A. Wilmar Saragih (5 Oktober 1952)Menjabat saat HKBPS dibentuk
* Pdt. Lesman Purba (1 Sept 1963 - 1965) Ditetapkan saat HKBPS menjadi GKPS
* ... (1965-1970)
* Pdt. Armencius Munthe (1970-1975)[41][42]
* ... (1975-1980)
* ... (1980-1985)
* ... (1985-1990)
* ... (1990-1995)
* Pdt. S. A. Girsang (1995-2000)
* Pdt. M. Rumanja Purba, MSi. (2000-2005)
* Pdt. M. Rumanja Purba, MSi. (2005-2010)[43]

[sunting] Organisasi

Di dalam pekerjaan sehari-hari, pimpinan Sinode GKPS dibantu oleh Departemen-departemen, yaitu:

* Departemen Persekutuan
* Departemen Kesaksian
* Departemen Pelayanan

Selain itu ada pula Biro yang menangani urusan administrasi Gereja, yaitu:

* Biro Keuangan
* Biro Usaha

Terdapat dua buah badan yang setingkat dengan Biro, yaitu:

* Badan Penelitian dan Pengembangan
* Satuan Pengawasan Internal

[sunting] Distrik

Di bawah pimpinan Sinode terdapat para Praeses yang mengepalai tiap Distrik atau wilayah pelayanan GKPS. Dalam sejarahnya saat HKBP Distrik Simalungun berubah menjadi HKBP Simalungun (cikal bakal GKPS), pelayanan gereja ini dibagi ke dalam 3 distrik, yaitu:[44]

1. Huluan, berpusat di Saribudolog.
2. Tonga-tonga, berpusat di Pamatang Raya.
3. Kahean, berpusat di Tebing tinggi (kemudian dipindahkan ke Medan).

Selanjutnya GKPS membagi wilayah pelayanannya ke dalam 4 distrik (I sampai IV), namun sejalan dengan perkembangan pelayanan, sejak 10 Juni 2000[13] jumlahnya dikembangkan menjadi 7 distrik, yaitu (beserta nama Praesesnya):[45]

[sunting] Distrik I

Dipimpin oleh Pdt. Roeslend Munthe, STh (2005-2010). Terdiri atas 22 resort, yang menaungi 132 jemaat.

[sunting] Distrik II

Dipimpin oleh Pdt. Abdi Jekri Damanik, MSi (2005-2010). Terdiri atas 14 resort, yang menaungi 87 jemaat.

[sunting] Distrik III

Dipimpin oleh Pdt. Jameldin Sipayung, STh (2005-2010). Terdiri atas 20 resort, yang menaungi 119 jemaat.

[sunting] Distrik IV

Dipimpin oleh Pdt. Jatalim Sitopu, SmTh (2005-2010). Terdiri atas 15 resort, yang menaungi 89 jemaat.

[sunting] Distrik V

Dipimpin oleh Pdt. El Imanson Sumbayak, MTh (2005-2010). Terdiri atas 17 resort, yang menaungi 99 jemaat.

[sunting] Distrik VI

Dipimpin oleh Pdt. Hot Imanson Sinaga, STh (2005-2010). Terdiri atas 7 resort, yang menaungi 41 jemaat.

[sunting] Distrik VII

Dipimpin oleh Pdt. Jacelsius Purba, STh (2005-2010). Terdiri atas 11 resort, yang menaungi 47 jemaat.

Setiap Distrik terdiri atas beberapa Resort, dan tiap Resort terdiri atas beberapa Gereja. Jumlah Resort keseluruhannya ada 106 buah, dengan 614 jemaat (gereja). Total keseluruhan anggota GKPS adalah sekitar 210.599 orang.(2007)[46]

[sunting] Pelayanan GKPS

Dalam menjalankan pelayanannya, GKPS mendirikan beberapa lembaga yang melayani masyarakat dalam berbagai bidang. Lembaga-lembaga tersebut yaitu:

[sunting] Badan Kesehatan GKPS

Terdapat 2 rumah sakit yang dikelola oleh GKPS, yaitu:

* R.S. GKPS Bethesda

Berlokasi di Jalan Sutomo, Saribudolok, yang didirikan pada tanggal 15 September 1953[47]

* R.S. GKPS Pematang Raya

Berlokasi di Jalan Pendeta J. Wismar Saragih, Pematang Raya[47]

[sunting] Badan Pendidikan GKPS

GKPS pertama mendirikan pusat pendidikannya di Sondi Raya pada tanggal 6 September 1964.[13] Kini Badan Pendidikan GKPS mengelola beberapa asrama dan sekolah GKPS. Sekolah GKPS terdiri dari TK, SD, SMA dan SMK.

[sunting] Pelayanan Pembangunan (Pelpem) GKPS

Didirikan pertama kali pada 15 Januari 1965 dengan nama Pusat Latihan Pertanian GKPS.[13] Kini Pelpem mengelola berbagai perkebunan dan lahan pertanian dan memberikan bantuan mengenai cara bertani/berkebun bagi masyarakat.

[sunting] Bumi Keselamatan Margaretha

Adalah sebuah panti asuhan bagi anak-anak Yatim/Piatu dan terlantar. Berlokasi di daerah Marihat, Pematang Siantar dan didirikan atas donasi dana dari seorang Bapak atas wasiat dari istrinya (Ibu Margaretha) yang namanya kemudian diabadikan sebagai nama Panti Asuhan tersebut.

[sunting] Panti Karya Remaja GKPS
Bagian ini membutuhkan pengembangan ({{{date}}})

[sunting] Logo GKPS

[sunting] Penetapan Logo GKPS

Logo GKPS ditetapkan oleh Synode Bolon GKPS yang ke 32 di Parapat pada tanggal 4-8 Juli 1994.

[sunting] Makna logo GKPS

* Logo adalah huruf atau lambang yang mengandung atau makna, sebagai lambang.
* Logo GKPS adalah melambangkan makna pewujudan GKPS sebagai bagian yang utuh dan tak terpisahkan dari gereja yang Esa, Kudus, Am/Katolik dan Rasuli di seluruh dunia, yang terpanggil dan disuruh untuk bersekutu, bersaksi dan melayani.

[sunting] Huruf dan lambang logo GKPS

1. Dalam Logo GKPS ada tiga hal yang dinampakkan
1. Salib : Melambangkan pengakuan GKPS bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat Dunia dan Kepala Gereja, Kebenaran dan Hidup, yang menghimpun dan menumbuhkan gereja sesuai dengan Firman Tuhan.
2. Daun Sirih : Dua lembar daun sirih menghadap ke Salib melambangkan persekutuan yang sama-sama menyembah kepada Yesus Kristus. Daun sirih juga melambangkan tradisi masyarakat Simalungun dalam persekutuan dan kebersamaan yang saling melayani / menghormati dalam kedamaian demi kesejahteraan.
3. Tulisan/huruf: Gereja Kristen Protestan Simalungun - GKPS - yang melingkar Salib dan Sirih, melambangkan kehadiran Injil di Simalungun mengantar Simalungun dari kegelapan kepada Terang Allah dan menemukan dalam gereja di Indonesia, yakni Gereja Kristen Protestan Simalungun.
2. Logo GKPS menggunakan 3 (tiga) warna yaitu:
1. Warna Putih: Adalah warna dasar. Warna melambangkan kesucian.
2. Warna Biru : Adalah warna untuk Salib dan tulisan GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN - GKPS -. Warna biru melambangkan kesetiaan.
3. Warna Hijau : Adalah warna untuk Daun Sirih, merupakan warna asli daun sirih. Warna - hijau melambangkan perdamaian

[sunting] Pranala luar

* (id) Situs resmi GKPS
* (en) GKPS Tegal Alur, Resort Tanggerang, Distrik VII
* (id) Situs resmi GKPS Cililitan, Distrik VII (dikunjungi pada 10 Maret 2009)
* (id) Group GKPS di Facebook.com (dikunjungi pada 10 Maret 2009)
* (id) Group Pemuda-pemudi GKPS di Facebook.com (dikunjungi pada 10 Maret 2009)

[sunting] Catatan kaki

1. ^ J.R. Hutauruk, Sejarah Pengabaran Injil Sampai Tahun 1931 di Tanah Batak dalam Hidup Dalam Kristus (II), DGI Wilayah Sumut-Aceh, Pematangsiantar, 1981, hlm. 50.
2. ^ Juandaha Raya P. Dasuha, Martin L. Sinaga, "Tole! Den Timorlanden das Evangelium!", Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 2003, hlm. 104-107.
3. ^ P. Sinuraya, Diakonia No.6 Sejarah Pelayanan GBKP di Tanah Karo, 1890-1940, Perc. Merga Silima, Medan, hlm.84-85 dalam Juandaha Raya P. Dasuha, Martin L. Sinaga, "Tole! Den Timorlanden das Evangelium!", Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 2003, hlm. 108.
4. ^ Pimpinan Pusat GKPS, 60 Tahun Injil Kristus di Simalungun, Luhur, Medan, 1963, hlm. 11.
5. ^ J.T. Nommensen, Ompui Dr. I.L. Nommensen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1974, hlm.187.
6. ^ A. Munthe, "Bona ni Jubileum Haranggaol" dalam Jubileum 80 Tahun GKPS Haranggaol, Panitia Jubileum Haranggaol, 1986, hlm. 14.
7. ^ Pimpinan Pusat GKPS, 60 Tahun Injil Kristus, hlm. 11.
8. ^ A. Munthe, Pdt. Agust Theis Missionar Voller Hoffnung, Kolportase GKPS, Pematangsiantar, 1987, hlm. 9.
9. ^ Paul Pedersen, Darah Batak dan Jiwa Protestan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1975, hlm. 42-43.
10. ^ J.T. Nommensen, Ompui Dr. I.L. Nommensen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1974, hlm.191.
11. ^ Susukkara 2000, Kolportase GKPS, 2000.
12. ^ Susukkara 2005, Kolportase GKPS, 2005.
13. ^ a b c d e f g Susukkara 2008, Kolportase GKPS, 2008, halaman 448.
14. ^ Edwin M. Loeb, Sumatera: It's History and People, Oxford University Press, Singapore, Oxford dan New York, 1990, hlm.22.
15. ^ J.R. Hutauruk, Kemandirian Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm.163.
16. ^ a b c d e f g Susukkara 2007, Kolportase GKPS, 2007.
17. ^ J. Wismar Saragih, Sinalsal, No.90/September 1938, hlm.6.
18. ^ J. Wismar Saragih, sinalsal, No.99/September 1938.
19. ^ Juandaha Raya P. Dasuha, Martin L. Sinaga, "Tole! Den Timorlanden das Evangelium!", Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 2003, hlm. 185.
20. ^ J. Wismar Saragih, Sinalsal, No.90/September 1938, hlm.5-6.
21. ^ J. Wismar Saragih, Sinalsal, No.90/September 1938, hlm.8.
22. ^ J. Wismar Saragih, Sinalsal, No.90/September 1938, hlm.9.
23. ^ Susukkara 2001, Kolportase GKPS, 2001.
24. ^ Jan Jahaman Damanik, Tunggul yang Bertunas (Tesis Magister Theologia STT HKBP -tidak dipublikasikan), Pematang Siantar, 1995, hlm.98-99.
25. ^ Catatan J.D. Girsang dalam Juandaha Raya P. Dasuha, Martin L. Sinaga, "Tole! Den Timorlanden das Evangelium!", Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 2003, hlm. 190.
26. ^ Susukkara 2002, Kolportase GKPS, 2002.
27. ^ Pucuk Pimpinan HKBP Simalungun, Jubileum 50 Tahun, hlm. 71.
28. ^ Surat J. Wismar Saragih dalam Jan Jahaman Damanik, Tunggul yang Bertunas (Tesis Magister Theologia STT HKBP -tidak dipublikasikan), Pematang Siantar, 1995, hlm.128-129.
29. ^ Paul Pedersen, Daerah Batak dan Jiwa Protestan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1975, hlm. 106.
30. ^ A. Munthe, Pandita August Theis (Missionar Voller Hoffnung), Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 1987, hlm. 50.
31. ^ Juandaha Raya P. Dasuha, Martin L. Sinaga, "Tole! Den Timorlanden das Evangelium!", Kolportase GKPS, Pematang Siantar, 2003, hlm. 232-234.
32. ^ Terobosan Spektakuler Comite na ra Marpodah Simaloengoen dalam Memberdayakan dan Mengekalkan Bahasa dan Kebudayaan Simalungun, Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha, STh, Situs Resmi GKPS
33. ^ Keanggotaan GKPS di situs resmi WCC, diakses 7 september 2008.
34. ^ Keanggotaan GKPS di situs resmi CCA, diakses 7 september 2008.
35. ^ Keanggotaan GKPS di situs resmi LWF, diakses 7 september 2008.
36. ^ Peraturan Rumah Tangga GKPS Bab IX Pasal 45 Ayat 1, 25 Juli 1999, Pematang Siantar
37. ^ Juandaha Raya P. Dasuha, Martin Lukito Sinaga, Tole! Den Timorlanden Das Evangelium!, Kolportase GKPS, 2003, hlm.229.
38. ^ Profil Pendeta Samuel P. Dasuha di situs resmi GKPS, diakses 9 September 2008
39. ^ Haleluya, akhirnya Ephorus dan Sekjend 2005-2010 terpilih Situs Resmi GKPS, diakses 8 September 2008
40. ^ Keputusan Sinode Istimewa HKBP Distrik Simalungun, 5 Oktober 1952
41. ^ Anugrah Tuhan yang Tak Terhingga, Jannerson Girsang, J. Anto
42. ^ Riwayat singkat Pdt. Armencius Munthe, Weblog Armencius Munthe, diakses 11 September 2008
43. ^ Haleluya, akhirnya Ephorus dan Sekjend 2005-2010 terpilih Situs Resmi GKPS, diakses 8 September 2008
44. ^ Keputusan Sinode Istimewa HKBP Distrik Simalungun, 5 Oktober 1952, poin 4.
45. ^ Organisasi GKPS: Praeses GKPS, Situs Resmi GKPS, diakses 16 September 2008.
46. ^ Susukkara 2008, Kolportase GKPS, 2008, halaman 447.
47. ^ a b Susukkara 2008, Kolportase GKPS, 2008, halaman 462.


[sembunyikan]
l • d • s
Gereja Kristen Protestan Simalungun
Sejarah Comite Na Ra Marpodah Simalungun · Kongsi Laita
Tokoh Penting Djaulung Wismar Saragih Sumbayak · August Theis · Ludwig Ingwer Nommensen
Organisasi Ephorus GKPS · Sekjend GKPS
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Kristen_Protestan_Simalungun"
Kategori: Kembangkan bagian | Simalungun | Gereja di Indonesia | Anggota PGI
Tampilan

* Halaman
* Pembicaraan
* Sunting
* ↑
* Versi terdahulu

Peralatan pribadi

* Masuk log / buat akun

Navigasi

* Halaman Utama
* Perubahan terbaru
* Peristiwa terkini
* Halaman sembarang

Pencarian

Komunitas

* Warung Kopi
* Portal komunitas
* Bantuan

wikipedia

* Perihal Wikipedia
* Pancapilar
* Kebijakan
* Menyumbang

Create a book

* Add wiki page
* Books help

Kotak peralatan

* Pranala balik
* Perubahan terkait
* Halaman istimewa
* Versi cetak
* Pranala permanen
* PDF version
* Kutip artikel ini

Bahasa lain

* English

Powered by MediaWiki
Wikimedia Foundation

* Halaman ini terakhir diubah pada 22:17, 29 Mei 2009.
* Seluruh teks tersedia sesuai dengan Lisensi Dokumentasi Bebas GNU
Wikipedia® adalah merek dagang terdaftar dari Wikimedia Foundation, Inc.
* Kebijakan privasi
* Perihal Wikipedia
* Penyangkalan

Chika Action

Chika Action